Perbedaan Antara Single, EP, Split Album, Full Album, dan Demo

Pernah ga kalian nemuin beberapa istilah seperti demo, single, EP, split album dan album? Saya yakin, kalian para antusias musik pasti sudah tidak asing dengan istilah-istilah tersebut.

Perbedaan Antara Single, EP, Split Album, Full Album, dan Demo
Photo by Clem Onojeghuo / Unsplash
Pengkategorian tersebut terus digunakan mulai dari era vinyl, kaset pita, CD hingga rilisan digital. 

Single

Single secara harfiah dapat diartikan tunggal/satu. Satu lagu yang dirilis artis, biasanya single ini digunakan untuk promosi, sebuah awalan untuk memperkenalkan karyanya.

"Hei guys kami adalah artis/band baru, mari cek single/lagu pertama kita."

Single bisa juga menjadi bagian dari album, sebelum album dirilis single dapat dijadikan untuk menarik para pendengar. Gampangnya sebagai hidangan pembuka untuk melahap hidangan utama.


EP

EP singkatan dari Extended Play, ah ribet nyebutnya kan?

Mari kita sebut aja dengan bahasa kita, sebut aja mini album. Mini album jelas berbeda dengan single, mini album berisi lebih banyak dari single namun sedikit daripada album.

Kebanyakan artis/band merilis mini album karena keterbatasan materi lagu atau kemungkinan ngga ada modal lebih buat ngerekam album.

Pihak artis ngerilis mini album agar kalian dapat ngerasain sedikit materi apa yang akan dibawakan untuk kedepannya, mungkin album?

Mini album dari yang saya temui, kebanyakan berisi 3-5 lagu.


Full Album

Nah kalian pasti udah familiar dengan istilah ini. Album biasanya ada 10-13 lagu dengan memfokuskan satu gaya dan konsep/tema sebelum penggarapan di studio rekaman.

Untuk dapat disebut album, kebanyakan orang bilang durasi penuhnya harus lebih dari 30 menit. Bisa aja include  rekamam live, beberapa single, studio versi, dan akustik versi.


Split Album

Split album adalah album musik yang terdiri dari beberapa lagu oleh 2 artis atau lebih.

Split album biasanya kedua belah pihak sudah sepakat untuk merilis musiknya dalam satu kesatuan.

Split album cocok untuk band-band yang mengambil jalur DIY.

Ya, karena biaya produksi ditanggung bersama. Efisiensi dana.


Demo

Demo biasanya band-band ataupun penyanyi masih menggunakan alat-alat ala kadarnya. Demo bisa digunakan buat sample untuk dikirim ke pihak label untuk menjajal peruntukannya masuk mayor label.

Demo biasanya juga jadi sample untuk single yang akan dirilis di album. Simplenya demo proses penggarapannya belum memasuki tahap akhir nah di album demo digarap dan dikonsep secara matang.

Namun ada orang yang lebih suka versi demo/single daripada di versi albumnya.


Dari semua istilah-istilah itu, tidak luput juga dengan proses distribusinya.

Proses pendistribusian rilisan musik juga mengalami perkembangan. Dimana sebelumnya rilisan musik dijual melalui toko-toko rilisan fisik, berikutnya rilisan dalam format audio-digital dirilis melalui digital stores dan music streaming yang dapat langsung sampai ke pendengarnya secara online.

Beberapa artis di era format audio digital juga banyak yang memilih untuk tidak merilis karyanya dalam format fisik, melainkan memfokuskan merilisnya dalam format digital secara indie melalui agregator musik, karena dapat menekan biaya produksi, distribusi dan pertimbangan efesiensi lainnya.