Memento Mori, sebuah frasa yang diambil dari Bahasa Latin yang artinya "remember you must die" jika diartikan dalam Bahasa Indonesia "ingatlah akan kematianmu".
Seperti pada judul di atas, saya ingin mengingat kembali perjuangan seorang penulis lagu, lead gitaris dan saudara dari Dan Searle (drummer) Architects.
Perpisahan termegah Tom Searle tertuang di karya terakhirnya yakni album All Our Gods Have Abandoned Us.
Bukan tidak mungkin, album ini berhasil mengangkat nama Architects menjadi lebih dikenal bagi para penikmat metalcore. Dirilis melalui label kenamaan milik gitaris Bad Religion, Brett Gurewitz (Epitaph Records).
Album ini berhasil bertengger di posisi 15 pada UK Albums Chart.
Mari kita menilik penggalan lirik satu lagu di album ini.
"Swan song
A declaration of endlessness
I swear I will not look back, as I return into the black
When the veil lifts, how will I know?
How will I know?
Will I see God?
As above, so below
Dismantled piece by piece, what’s left will not decease
As within, so without
The seasons bring relief
Just let me live and die in peace."
Penggalan lirik di atas adalah dua bait terakhir dari lagu berjudul “Memento Mori” milik Architects yang diambil dari album terbaru mereka All Our Gods Have Abandoned Us. Thomas Hill, penulis dan kritikus yang menulis untuk Metal Hammer mendeskripsikan lagu ini sebagai lagu paling penting dari album All Our Gods Have Abandoned Us dan saya kira kita bisa sepakat mengenai hal tersebut.
Saat membaca lirik dari lagu tersebut, kita dapat merasa bahwa ini adalah lagu yang sangat emosional dan penuh pesan misterius. Tapi banyak kah dari kita yang tahu bahwa lagu ini ditulis oleh Tom Searle, mendiang gitaris mereka meninggal dunia setelah berjuang selama tiga tahun melawan penyakit kanker?
Mari kita lanjut lebih mendalam lagi.
Tom Searle dilahirkan di daerah Brighton, Inggris.
Tom lahir dengan memiliki saudara kembar Dan Searle (drummer) tumbuh besar bersamaan menjadikan mereka memilki kemistri dan ikatan batin yang kuat membuat kedua orang ini dekat secara fisik maupun perasaan.
Via eulogi yang dia tulis di Facebook, Dan menyatakan bahwa Tom adalah sosok orang yang baik, ceria & cerdas.
Kepergian Tom memberi lubang besar bagi kehidupan para temannya.
Sekitar tahun 2004, dua sejoli ini merencanakan untuk membuat band, dari semua jenis musik. Mereka memutuskan untuk memainkan musik metalcore.
Genre musik yang berkembang di pertengahan 80-an dengan ciri khas verse agresif dan chorus yang melodik dengan bertumpu pada breakdown pada beberapa titik. Pasang surut pergantian para personil bahkan mengganti nama band juga. Mereka kemudian memantapkan dengan nama Architects. Nyawa band ini berada pada dua saudara kembar karib ini.
Tom Searle tumbuh dengan mendengarkan album fundamental dari Nirvana berjudul Nevermind (1991). Melalui sebuah wawancara dengan Music Radar, Tom mengutarakan bagaimana album ini benar-benar telah mengubah pandangannya mengenai musik.
"Aku dan saudaraku, Dan, baru berusia 11 tahun pada waktu kami mendengarkan album itu, sekitar tahun 1998. Kami benar-benar jatuh cinta terhadap album ini."
Kecintaan pada Nirvana itu pulalah yang akhirnya membuat dia serta Dan hanya mendengarkan album Nevermind selama setahun penuh, mereka biasa mendengarkan album ini sambil memainkan game dari komputer.
Masih belum menemukan jati diri musiknya, Tom Searle menjajal musik dari Killswitch Engage. Album Alive or Just A Breathing (2002).
Sebelum mendengarkan album ini, Tom mengaku sebagai orang yang lebih menyukai musik rock seperti di album Tool yang berjudul Lateralus (2001), bahkan Tom mengaku bahwa dia tidak pernah menyukai screaming vocal sebelum dia bersentuhan dengan album milik Killswitch Engage tersebut.
Tom Searle adalah nyawa utama band ini, semua ide biasanya langsung dia translasikan ke dalam musik Architects. Ketika kita mendengarkan Architects, kita akan menemukan cukup banyak pengaruh di dalamnya, mulai dari djent yang kental, riff yang cukup kompleks, dan tentu saja pengaruh atmosferik yang tak jarang memakan porsi cukup banyak di materi milik mereka.
Sound atmosferik a la Hans Zimmer ini Tom Searle dapat pengaruh dari band Sigur Ross terutama di album Takk (2005).
"Album ini memberi harapan dan begitu indah. Tak banyak bagian gitar di sini, tapi aku menyukainya, terutama dengan aransemennya yang kompleks."
Tutur Tom Searle pada Music Radar.
Hasilnya pun dapat kita tebak, Architects menjadi band metalcore modern yang memberi dampak bagi skena musik metalcore. Semua band pendatang baru berbondong-bondong ingin memakai pola yang sama dengan Architects. It's called signature sound of Architects. Lalu siapa aktor yang membuat semua hal tersebut menjadi mungkin? Tentu tanpa mengerdilkan peran anggota band yang lain, pengaruh referensi dari Tom Searle sangat kental di musik yang dibawakan oleh Architects.
Sepanjang penggarapan album Lost Forever//Lost Together, Tom Searle didiagnosis mengidap penyakit kanker melanoma, sebuah jenis kanker yang berkembang pada sel pigmen kulit yang berfungsi sebagai penghasil melamin. Tak lama setelah itu, Tom sempat divonis sehat setelah dia menjalani operasi untuk mengangkat salah satu bagian dari bagian bawah kakinya. Semasa masa vonis sehat tersebut, Tom mengalami tahun-tahun terbaiknya bersama dengan Architects. Merilis album ke-6, Lost Forever // Lost Together dan bahkan mendapat dukungan penuh dari Zane Lowe ketika lagu “Naysayer” untuk pertama kalinya diputar di BBC Radio 1.
Di masa itu Tom memberi teladan bagi kita semua, meskipun dia telah divonis akan penyakit kanker justru tertantang untuk membuktikan bahwa hidupnya tidak akan didekte oleh hal apapun.
Salah satu bentuk perlawanannya adalah dengan menciptakan lagu berjudul C.A.N.C.E.R, track ke-7 dari album Lost Forever // Lost Together.
"Aku menulis lagu itu (C.A.N.C.E.R) tentang diriku sendiri. Aku menulisnya ketika aku divonis terkena penyakit kanker dan sedang menunggu selama sebulan untuk mencari tahu hasil dari scan yang kulakukan."
Ungkap Tom Searle kepada Figure 8.
"Aku tidak ingin itu (lagu “C.A.N.C.E.R”) terdengar seperti duka cita, tapi aku juga tidak ingin terdengar itu terlalu personal."
C.A.N.C.E.R merupakan lagu yang datang dari otak cerdas Tom Searle. Dia merangkai lirik tanpa main-main.
Sebagai contoh ketika dia menulis bait yang berbunyi demikian,
"Your name carries more than diseases / A symbol of man brought to his knees."
Dengan gamblang, Tom mampu mendeskripsikan penyakit yang dia idap tanpa terdengar seperti orang yang sedang berada pada fase tanpa pengharapan.
Bahkan, jika saja penyakit itu merenggut nyawanya pada waktu itu, Tom sudah siap menghadapinya ketika dia menulis,
"I feel it now more than ever / A reaper’s watch / My life’s ready to sever."
2 tahun berlangsung, para fans menganggap bahwa Tom Searle telah sembuh dari penyakitnya. Bahkan, dia terlihat cukup sehat dan normal tanpa sedikitpun menunjukan gejala bahwa dirinya sedang menuju fase paling kritis dalam kesehatannya. Sampai hari tersebut tiba.
"Beberapa dari kalian tentu menyadari bahwa Tom tidak bisa menghadiri berbagai konser (yang Architects lakukan) selama 15 bulan terakhir dan sekarang aku bisa memberi tahu kalian bahwa hal itu dikarenakan berbagai operasi yang harus dia jalani untuk merawat penyakit kanker yang dia derita. Ketika kita pergi untuk menjalani tur European Festival pada 2 Juni 2016 lalu, Tom merasa sangat tidak sehat. Dia disarankan untuk tinggal di rumah sakit supaya mendapatkan perawatan penuh, tapi tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk dia dan Tom akhirnya memilih keluar dari rumah sakit dua hari sebelum kami berangkat ke Jerman."
Ungkap saudara kembar dari Tom, Dan Searle melalui Facebook.
Beberapa bulan sebelumnya Architects baru saja meluncurkan album barunya yang bertajuk "All Our God Have Abandoned Us", kita akan mengetahui bahwa album ini diakhiri dengan sebuah lagu berjudul “Memento Mori”. Memento mori adalah sebuah kalimat dalam bahasa Latin, yang pertama kali dipraktekkan pada masa kekaisaran Romawi. Frase ini biasa diserukan sebagai pengingat bagi jenderal yang biasanya mengalami euforia berlebihan setelah memenangkan suatu peperangan. Secara sederhana, istilah memento mori berarti sebagai ‘ingatlah bahwa suatu saat kamu akan mati’.
Lagu ini ditulis secara langsung oleh Tom Searle, dengan cara inilah Tom menyampaikan salam perpisahan kepada para keluarga, anggota band, teman dan para fans. Menariknya, Tom Searle seperti sudah tahu bahwa ini mungkin menjadi album terakhirnya bersama Architects ketika kita mulai menekuni lirik yang ada di lagu tersebut. Seperti yang sudah ditulis dalam penggalan lirik yang saya tulis di atas, Tom Searle menuliskan dua bait terakhir yang seperti menunjukan bahwa dia sudah siap dengan semuanya.
Dua bait terakhir tersebut dibuka oleh sebuah frasa “Swan Song”, sebuah frase metafora yang diambil dari cerita kuno, bercerita tentang seekor angsa yang menyanyikan sebuah lagu indah sesaat sebelum kematiannya. Frase swan song ini akhirnya dikenal sebagai sebuah frase yang dihubungkan dengan penampilan terakhir atau sebuah perpisahan. Dua bait terakhir di lagu “Memento Mori” kemudian diakhiri dengan sebuah kalimat, “Just let me live and die in peace.”, tentunya kita tidak pernah menyangka bahwa itu akan menjadi perpisahan terakhir sekaligus menjadi lirik terakhir yang ditulis oleh Tom Searle.
"You can’t hang on to yourself
You don’t have to try not to hang on to yourself
It can’t be done, and that is salvation
‘Memento Mori’ – be mindful of death."
— Alan Watts.