Bagaimana Masa Jaya Post-hardcore Berakhir?
Apakah post-hardcore telah mati?
Mungkin bagi remaja kekinian yang menyukai musik post-hardcore akan familar dengan nama band seperti Chiodos, Senses Fall, Alexis On Fire dan sejenisnya yang muncul ke sajian musik kita di tahun 2000an. Hal tersebut jelas dibantu oleh semakin terbukanya akses informasi dari luar ke negeri kita ini. Alhasil, definisi post-hardcore banyak mengalami perubahan.
Hmm kok bisa begitu, wan?
Kita buka titik awal bagaimana post-hardcore ini mulai muncul. Catatan ini gak bakal kalian temukan secara detailnya. Karena memang kita tidak terlalu tertarik pada sejarah musik itu sendiri. Yang kita tau bahwa hari ini post-hardcore itu musik yang ada screamnya.
Balik ke jaman di mana skena musik hardcore punk mengalami chaos yang akhirnya memaksa pilihan bagi pelaku musik hardcore yang masih ingin memainkan musik hardcore tetapi dengan variasi yang berbeda. Di sinilah istilah post-hardcore muncul. Post-hardcore atau pasca-hardcore (bahasa Indonesia) adalah di mana skena musik hardcore mengalami gelombang musik baru namun masih memainkan musik hardcore. Jadi sekitar tahun 1985-1986 itu masa akhir gelombang pertama musik hardcore.
Band-band hardcore kala itu pecah dan membuat band-band lain dengan musik hardcore yang lebih santai. Karena musik hardcore identik dengan chaos, mereka pun menurunkan intensitas musiknya. Maka, musik hardcore di era post-hardcore karakternya lebih santai. Tapi post-hardcore kala itu belum menjadi nama sub-genre. Band-band yang memainkan musik ini masih menganggap musik mereka sebagai hardcore punk.
Kemudian berkat band Dag Nasty ini, istilah post-hardcore menjadi genre musik. Karena band-band hardcore yang berkembang kala itu memainkan karakter musik yang sejenis. Tentu saja mereka sangat identik dengan skena musik hardcore.
Oleh karena pelaku musik post-hardcore masih dalam lingkungan hardcore, maka post-hardcore dianggap sebagai sub-genre hardcore punk.
Kita permudah pemahaman soal hardcore. Hardcore atau hardcore punk adalah variasi musik punk rock a la orang Amerika. Mereka lebih suka memainkan musik punk rock yang lebih keras dari versi UK. Maka mereka menyebutnya hardcore punk atau hardcore saja.
Kita berangkat ke gelombang berikutnya. Di satu dekade musik post-hardcore berkembang, mereka tidak pernah mendapat sukses secara komersil. Mereka hanya dikenal dalam skena mereka saja. Namun semenjak media mengangkat musik post-hardcore ke publik, hal inilah yang memicu gelombang post-hardcore berikutnya.
Kita ambil pembulatan waktu. Kita mulai di tahun 1990an. Kala itu band seperti AFI (A Fire Inside) yang awalnya memainkan hardcore punk, kemudian mereka mengubah jenis musik mereka agar mendapat sorotan publik. Karakter mereka mulai menggunakan scream. Dari sinilah istilah post-hardcore berubah arti lagi. Sehingga musik yang pakai scream itu oleh publik disebut post hardcore.
Kenyataannya, beda dengan di awal genre ini muncul. Kalau dulu itu mereka masih terikat dengan skena musik hardcore, nah di sini justru mereka mulai memisahkan diri. Makanya jangan heran kalau banyak pendengar musik hardcore merasa kalau post-hardcore yang AFI mainkan itu bukan post-hardcore. Dari sini semakin menjabarkan kalau post-hardcore berubah arti yang kemudian dianggap genre baru. Yap kita bisa sebut nama lain selain AFI ada Autumn Of Ashes dan Thursday. Band-band ini menginspirasi ribuan anak muda yang kemudian membuat variasi post-hardcore di dekade berikutnya.
Kita lanjut lagi ke jaman 2000an. Di sini post-hardcore sudah gak ada kaitan lagi dengan hardcore itu sendiri. Lebih identik dengan musik yang vokalnya pakai variasi clean vocal dan unclean vocal (scream) ditambah breakdowns. Bye bye hardcore, we are a new kind of music scene that get far away from you.
Di sini aku gak menganggap musik mereka jelek. Aku juga mendengar musik post-hardcore jaman 2000an. Hanya saja seleraku bukan ini meskipun aku memang suka post-hardcore. Karena aku bukan orang yang akan komplain dengan perkembangan dunia musik, melainkan aku kagum akan hal ini. Walau kenyataannya aku memang tidak terlalu tertarik dengan post-hardcore jaman 2000an.
Di era 2000an terjadi ledakan produksi musik. Kita ambil post-hardcore sesuai dengan benang merah thread ini. Jaman ini seakan-akan jaman dimana tiba-tiba muncul secara serempak band-band dalam jumlah banyak yang katanya memainkan post-hardcore. Ambil contoh Taking Back Sunday, The Used dan Underoath. Hmm aku akan heran kalau kalian yang katanya suka post-hardcore gak mendengar 3 band ini. Mereka itu adalah band-band yang meraih kesuksesan besar dalam industri musik yang pastinya membuat istilah post-hardcore berubah lagi. Aku sebut yang lain lagi ya. Ada From First To Last, Story Of The Year, Thrice, dll. Karakter mereka nyaris sama semua dan disebut post-harecore screamo mall.
Mall? Kok mall?
Karena mereka ini adalah santapan publik, maka mereka juga menawarkan gaya penampilan. Misal rambut poni lempar, kaos ketat lengan pendek, celana pinsil. Gaya pakaian mereka menjadi nilai jual produk pakaian yang tersebar di banyak mall di sana yang kemudian jadi ngetrend ke seluruh dunia.
Tapi di sinilah titik cabang bagaimana post-hardcore sudah menjadi sesuatu yang jauh berbeda dengan post-hardcore lawas. Btw ini opini pribadiku ya hehe...
Kalau dijabarkan secara tulisan, akan begini. Band-band ini terdengar menggunakan karakter sound hardcore tapi gak ada hardcore-hardcorenya sama sekali. Alias gak ada koneksinya dengan musik hardcore.
Dibalik momen ini, pengaruh fashion dan musik post-hardcore jaman sebelumnya yang kemudian menarik para remaja untuk memainkan musik post-hardcore dengan gaya mereka sendiri. Jadi, bukan karena terpengaruh oleh musik hardcore. Karena fashion dan santapan musik dari media kala itu yang menjabarkan post-hardcore demikian.
Di sini juga akhirnya post-hardcore ganti lagi maknanya. Band-band jaman ini lebih condong ke gaya vokalis yang atraktif, fashion yang trendy (emo-emoan screamo). Di momen ini pula menjadi puncaknya post-hardcore menjadi sesuatu yang keren ke seluruh dunia. Musiknya? Ya begitulah yang sangat kalian gandrungi itu.
Akhirnya setelah era di paragraf sebelumnya, post-hardcore menemui titik di mana menjadi musik yang kurang menarik bagi publik. Mungkin kerasa enek lihatnya. Jadi bawa kesan boring.
Tahun 2010an istilah post-hardcore itu jadi kayak boyband mainin breakdowns. Bukan maksudku menghina. Tapi memang kesan yang diberikan adalah demikian. Sleeping With Sirens, Of Mice and Men, Miss May I, Bless The Fall, Pierce the Veil, Motionless In White, Asking Alexandria, Chelsea Grin, Suicide Silence. ðŸ¤ðŸ¤ðŸ¤ Kesukaan kalian yaaaaa....kalian pasti familiar dengan band-band tersebut.
Mereka gak ada sama sekali musiknya yang terinfluence dari hardcore. Gak ada, gan. Gak ada. Aku gak menemukan karakter hardcore punk dari musik yang mereka buat. Tapi sekali lagi, aku gak benci bukan hater, bukan pula tukang nyinyir soal apa yang mereka mainkan. Karena kenyataannya kalau saya benci, tapi mereka itu adalag band-band papan atas dunia yang masuk ke dalam sejarah top 10 Billboard.
Dibalik kesuksesan mereka, justru di sini post-hardcore semakin gak post-hardcore lagi alias sudah gak berkaitan sama sekali dengan post-hardcore macam Fugazi. Jauh, wan. Masa post-hardcore yang terikat dengan hardcore berakhir di sini.
Band-band yang disebut tadi sudah gak terkesan keren lagi di jaman sekarang. Ya, kita lanjut ke jaman sekarang. Tetapi bukan berarti mereka gak bakal membuat karya yang bagus lagi, hanya saja selera musik juga akan menemukan puncaknya. Kenyataannya band-band di tiga paragraf sebelumnya kini kurang laku.
Aku hanya mengilustrasikan apa yang aku perhatikan dalam dunia musik khususnya hardcore. Jadi band-band yang aku sebut bukan berarti jelek atau bagus, aku hanya mengambil nama mereka untuk mempertegas tulisanku saja.
Kenapa gak menarik lagi?
Salah satunya karena mereka memainkan musik yang sama, itu lagi itu lagi sekaan-akan sudah buntu ide mereka. Yang ke dua, karena mereka ini sudah gak identik dengan roots hardcore, ya makanya aku sebut boy band dengan breakdowns. Bukan macam band yang ingin mainin punk rock seagresif mungkin. Alasan ke tiga, tau kan Vans Warped Tours. Event musik yang identik awalnya dengan band-band hardcore punk semakin tidak diminati semenjak Vans Warped Tour tidak menyajikan band yang terkesan hardcore, ya itu dia band generic post-hardcore 2000-2010an. Penonton yang awalnya memang antusias dengan event Vans Warped Tour karena isinya band hardcore punk justru diberi sajian band yang gak berkaitan. Ke-empat, karena band-band ini akhirnya bubar hehehe...
Si aa Oskar ini dapat info dari mana sih?
Aku dapat banyak bacaan dari internet dan juga aku dulu sempat gabung di banyak grup musik. Di sana aku dan member lain banyak berdiskusi musik yang kebanyakan bersumber dari pengalaman orang-orang sana. Jadi memang gak ada catatannya. Juga aku ambil materi dari apa yang aku dengar, yaitu musik mereka. Ya, Oskar Adrian dengar juga musik kesukaan kalian, makanya aku gak bakal jadi seorang hater justru aku ini menikmati juga musik mereka.
Post-hardcore jaman modern seperti sekarang adalah jaman di mana musik post-hardcore campur sari. Campur genre ini-itu dan lebih eksperimental lagi.