Mari kita bicara hal yang nyata dan sebenarnya bahwa membenci band adalah bukan hal yang positif dan ga ada gunanya. Band-band kini hasil musiknya baik berbentuk digital maupun fisik sudah bukan hal yang bisa diapresiasi sebagaimana harapan bandnya.
Orang-orang kini cenderung duduk manis-browsing-download tanpa pernah datangin aksi band-band tersebut ngeband.
Di sisi lain band-band ini terus berusaha mendapatkan apresiasi yang mereka harapkan bahkan dengan cara alternatif seperti menjual merch. Saya ini dalam posisi mendukung usaha band untuk mendapat apa yang selayaknya mereka dapatkan.
Selama beberapa tahun terakhir ini saya jadi saksi berbagai macam jenis hater muncul baik secara langsung maupun lewat dunia digital seperti di situs soc-med. Di post ini akan saya coba jabarkan beberapa jenis ungkapan kebencian terhadap band dan siapa pelaku haternya.
Alasan pertama: Musiknya terlalu simple atau terlalu sederhana atau kagak berskill.
Hatersnya: Metalhead garis keras/nerd metalhead.
Orang-orang macam ini sangat terobsesi dengan extreme metal.
Blastbeat ngebut, tapping, palm mute, picking, dll soal permainan instrumen dan vokal menggelegar.
Pokoknya yang berskill itu paling yahud. Tapi ada kecenderungan yang mereka lupakan. Bahwa musik juga ditulis dan mereka pikir bikin lirik catchy bukan kreatifitas.
Padahal bikin lirik juga perlu pengetahuan yang luas. Kombinasi antara skill dan lirik cerdas adalah solid. Emangnya kamu mau apa ntar musik cuma ocehan bayi scream ditambah skill. Kecuali musiknya instrumental.
Alasan ke-dua: Bandnya cuma nyari duit.
Hatersnya:Crusties/Punk beneran.
"Wah punk doger monyet tuh", "budak kapitalis lu!"
Setidaknya ada wujud apresiasi untuh buah pemikiran dari band-band tersebut. Mereka nanti juga kalau yang konsisten akan terus eksis tentunya dengan bantuan dari pendengarnya dg duit ah biar to the point aja buat bikin band dapat makan. Punk bebas tapi jangan asal-asalan juga kalie. Ntar dikatain gembel kamu nangis ngerengek minta pembelaan di grup FB.
Alasan ke-tiga: Gaya mereka "lebay" terlalu mentingin penampilan fisik.
Hatersnya: Mereka yang punya tingkat percaya diri rendah terhadap keadaan fisiknya.
Orang-orang macam gitu dibanding bicara soal musik mereka justru ngotot ngejek gaya si band. Nemu rambut polem aja udah mereka hujat dengan stereotype. Ya terus aja hujat gaya penampilan fisik band.
Waktu diajak bahas musik, dia menghilang. Padahal cantik atau ganteng itu kan relatif.
Alasan ke-empat: Fanbase band luas.
Hatersnya: Orang kuper/individual.
Gambarannya mudah. Orang ingin band ini menjadi hal yang sangat spesial dalam hidupnya. Cuma dia yang ngerasa boleh menikmati musik dari band itu. Tapi kemudia orang-orang mulai suka dengan band itu sampai mereka bikin fanbase yang luas. Seakan-akan telah dirampas kenikmatan musik dari band yang dia cintai. Emangnya gw rela apa yg bikin gw asik dibagi-bagi? Apalagi mereka (fanbase) ini punya cara yang lebih "wow" daripada cara gw. "Sebelum band itu jadi mainstream cuma gw yang suka, tapi mereka ini yang bikin band favorit gw jadi alay mainstream". Kemudian dia sakit hati. Makanya jadi haters. Tapi dia gak sadar kalau menikmati musik hak orang lain juga mau gimana caranya orang lain suka.
Alasan ke-lima: Mereka gak asli.
Hatersnya: Orang-orang ortodoks.
Orang macam ini pasti sangat terpatok sama roots dan suka keaslian karakter musik yang dia sukai. Misal dia suka musik oldschool dengan band yang terkait.
Kemudian nongol deh band yang baru dia dengar dan lihat mencirikan style yang sama. Koar-koar lah dia ngatain plagiat. Tapi haters macam ini gak sadar kalau orang lain juga suka sama karakter musik band yang dia suka. Apalagi kalau haters ini nemu band yang karakternya sama tapi tema musik melenceng dari roots musiknya. Wuh, bisa mencret tuh wawasannya. Padahal musik terus berkembang yah menjajal aspek yang belum pernah diintegritaskan sebelumnya untuk membuat sesuatu yang lebih segar.
Haters macam ini juga belum tentu bisa jelasin musik-musik baru meski wawasan dia soal oldschool musik udah gak perlu pake Google.
Alasan ke-enam: Member band bukan orang baik.
Hatersnya: Penggosip, orang radikal.
Orang macam ini otaknya asal cerna aja artikel, berita, gosip yang beredar. Cuma terpatok sama satu sumber yang dia percayai. Apalagi kalau kaitannya religi. Bahkan sampai ngutuk-ngutuk segala. Kita ambil contoh kasus Ariel ewean.
Wuh, hebohnya sampai argumennya cocoklogi. Orang macam ini sok suci.
Nganggap dirinya paling baik. Tapi warga kebun binatang, penghuni kamar mandi, dan pelajaran biologi keluar dari isi otaknya. Kemudian dia banding bandingin anak band dengan tokoh agama. Wah kacau dah.
Alasan ke-tujuh: Gaya band gak mewakili musik.
Hatersnya: Si modis stereotyper.
Kalau anak punk ya mohawk, anak metal gondrong, anak reggae gimbal, anak skinhead botak. Cuma itu patokan dia nilai band. Ketika nemu personel band yang setau dia main di musik metal tapi personel tersebut rambutnya gimbal, dia ngamuk ngatain pengkhianat, poser, karbitan. Orang macam ini gak sadar kalau anak band mengadopsi apapun yang dirasa nyaman baginya. Juga kemungkinan member band ini punya band lain yang berbeda jenís musik. Padahal orang juga punya kebebasan berekspresi kan. Yang naas adalah ketika band punk yang membernya gak pake mohawk, boots, rompi besi main di gigs kolektif dicuekin, audience punk malah ngerokok di pinggir sawah karena ngeliat band itu terlalu rapi secara penampilan. Mau sampai itu band main d-beat juga kagak bakal dipogoin. Padahal musik itu didengar ya bukan dilihat.
Intermezzo
Ocehan-ocehan mereka sering mewarnai dunia digital maupun dunia nyata. Celetukan "gw gak suka suara vokalnya", "anjir musik apaan ini cuma 3 chord", "wah gembel lu", "poser" dan lain sebagainya makin lengkap dengan orang tebar sensasi cari perhatian di dunia digital soc-med. Gak tau dah kalau mereka ketemu tatap muka langsung. Ada pula orang yang justru mempergunakan wawasannya buat ngetroll atau ngebully orang cuma buat nyari hiburan. Sama saja bodohnya kan.
Musik untuk dinikmati dan diapresiasi. Grup-grup berlabel musik selayaknya jadi sarana edukatif untuk saling menambah wawasan soal musik. Tapi kalau emang sengaja bikin grup berlabel musik tujuannya buat nyari hiburan ya yang ikutan tanggung sendiri resikonya.
Gak sedikit loh yang jadi silentreader dan memang lebih banyak orang yang suka koar-koar gak jelas di mana-mana.
Musik tanpa ada yang ngritik mah kagak bakal berkembang, apalagi segala dilarang-larang. Kalau band underground gayanya nyeleneh dan temanya aneh-aneh ya emang gitulah. Mau pake sempak doank nyanyi ewe-ewe ya terserah saja.
Sampai ngelawan kultur juga woles lah namanya juga band underground. Kalau band public ya pastinya diselimuti rules....
Udah ah pegel ngetik pake hp. Semoga bisa jadi pelajaran buat kita.
💆